Lalu dihidangkan dihadapan kami sepiring roti besar dan daging. Melihat hidangan itu menangislah Abdurrahman bin Auf, air matanya menitis sampai membasahi bajunya. Beberapa kali mengesatnya namun air mata itu terus mengalir dengan derasnya. Tangisan itu terdengar tersedu-sedu sehinga menyayat hati orang yang mendengarnya.
Hati kami terasa gelisah dibuatnya dan kami pun bertanya padanya, 'Apa yang membuat engkau menangis seperti anak kecil Wahai Abdurrahman bin Auf?'
Kemudian dia menjawab dengan mata memerah dan air mata yang terus mengalir, 'Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam wafat, dirinya dan keluarga belum pernah sekalipun kenyang makan roti. Sementara kita? Padahal beliau adalah orang yang lebih dimuliakan oleh Allah daripada kita.'Itulah air mata sahabat, air mata kecintaan seorang sahabat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam. Sudahkah kita menangis untuk Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam yang kita cintai? Paling tidak marilah sama-sama kita perbanyakkan solawat kepada junjungan kita Muhammad S.A.W
Tiada ulasan:
Catat Ulasan